Sunday, November 30, 2008

The Magnificent / Timeless Beauty: Calla Lily

White Calla Lily. Bunga favorit ku yang dalam bahasa cinta bermakna the magnificent beauty.
Bunga perayaan kerajaan Roma, sampai bunga pemakaman. Bunga yang hadir dan menjadi gemerlap di musim dingin yang gelap.

Bunga suka dan duka ini punya seribu alasan untuk bertengger di deretan paling atas dari daftar bunga-bunga yang aku suka. Ada banyak sekali macam bunga di dunia ini yang tak kalah indahnya. Tapi aku percaya kalu seseorang menjadikan sesuatu sebagai hal terfavoritnya, pasti ada alasa khusus di balik itu. Entah dari segi estetika, reepresentassi diri atau memori mendalam yang mengiringi hidup orang tersebut. Begitu juga aku. Aku punya alasan khusus kenapa aku begitu jatuh hati pada bunga ii sampai aku ingin menjadikanya buket bunga di pernikahan ku nanti nama tengah dari anak gadisku, mugkin tato di tengkuk ku, bahkan sebagai bunga di saat aku pergi menghadap Bapa ku di surga nanti.

Alasanku sederhana, bahkan terkesan tidak signifikan tapi sangat berharga dalam hidupku.
Inilah kesan dan kenanganku, boleh dibilang my repressed memori. Krena aku masih sangat merindukan Oma, bahkan menyalahkan diriku atas kepergiannya (walaupun bukan salahku) dan mungkin karena menyalahkan diri sendiri dan sedih aku seperti tak ingin terkenang kejadian-kejadian ini. kejadian mana dan penuh cinta namun telah pergi dariku. aku benci kehilangan mangkanya aku lempar jauh-jauh meskipun hangatnya tak pernah redup. Mungkin karena terlalu lama aku pendam, memori ini tak 100% benar dan sesuai apa yg terjadi saat itu tp inilah yg kupunya yang terkesan padaku.
Inilah alasanku:

Dulu, sewaktu aku kecil, aku mempunyai orang kesayangan yang lebih aku sayang dari orang tuaku sendiri. Maklumlah dulu aku adalah seorang anak yang selalu membangkang, tak pernah puas bahkan merasa tak disayang oleh mama papa ku yang selalu sibuk. Sebagai anak kecil yang mencari perhatian, aku punya seorang pelarian: Oma dari mamaku. Oma sangat sayang padaku. aku bahkan mengaduh padanya, menelponya saat kesepian atau menangis karena aku dimarahin tanteku yang tinggal bersama kami. Oma selalu mengabulkan permintaanku. Entah itu kado natal, kado ulang tahun, segala permohonan yang tidak dikabulkan atau takut aku sampaikan kepada orang tuaku selalu aku sampaikan pada Oma, dan dengan penuh cinta kasih Ia selalu mengabulkannya untukku.
Setiap kali aku nginep di rumahnya di Kelapa Gading, aku diajaknya jalan-jalan ke mall. Aku dan Oma naik angkot berdua, berkeliling mall dan membelikan aku es yg berwana ungu/biru yang sagat aku suka di mall itu. Aku tidak ingat namanya tapi rasanya selalu ada bersamaku. =) Oma sangat sayang padaku dan aku sangat dimanjanya.
Aku ingat dulu aku yang sangat nakal merasa tidak dicintai dan dimarahin terus leh orag dewasa di rumahku. Lalu ku menulis surat keluhan kepada omaku dan enggubar bahwa betapa oma adalah satu-satunya orang yang benar-benar sayang padaku. lama setelah aku beranjak dewasa, keitka aku mama dan keluarganya membereskan barang oma setelah Ia dikubur, aku menemukan suratku yang tak berharga itu tersimpan rapih di lemarinya. Saat aku menemukan surat it hatiku hancur dan merindukan oma lebih dan lebih lagi.
Aku ingat juga saat aku TK, pada saat perayaan hari Kartini, ku mendesak ingin memakai pakaian daerah Minag Kabau/Padang. daerah asal mama dan oma. Padahal pakaia itu jarang isa ditemukan, tidak seperti kebaya yang di mana-mana pati ada. Karena mama adalah wanita karir yang sibuk, seingatku Oma lah yang bersusah payah encarikan baju itu untukku.
Entah mengapa aku sangat bangga pada kebudayaan Minang Kabau. Padahal ke sana pun aku belum pernah. Sambil menulis blog ini aku jadi teringat dan terkagum begitu cintanya aku pada ke-Padang-an dalam darahku. ketika aku SD ada ujian menyanyi lagu daerah. And what a surprise kalau aku tidak memiih lagu Padang. Aku memilih lagu Kampuang Nan Jauah di Mato, walaupun aku bisa menyayikannya, aku tetap meminta Oma untuk mengajariku, lalu menerjemahkannya padaku.
Aku punya temperamen yang tak baik. dan sering kulemparkan pada Oma. Aku waktu itu sakit dan uring-uringan. Tapi aku punya PR mencongak yang aku benci dari buku Matematika 'Cerdas Tangkas' yang lebih kubenci lagi. aku tau kalau aku tidak menyelesaikannya aku pasti dapat masalah di rumah ataupun di sekolah. Om ku tidak mau membantu, kalau pu iya aku menganggapnya asal-asalan. Sambi uring-uringan dan menangis, melempar temperamen ku ke setiap orang di rumah, aku mengeluh akan PR ini. Akhirnya, Oma ku lah yang mengerjakan PR ku untuk menenangkanku. walaupun jawabannya tidak 100%.

Aku ingat percakapan ku dengan oma di telp. menceritakan semua padanya, memintanya menyimpan rahasiaku.
Aku ingat Oma memarahi tante karena telah memarahiku. She was my superhero saat itu. Aku merasa ada yg mendukungku! =)
Aku ingat sekali kalau Oma ada di rumah ku, kita akan duduk dan menonton film India. ya! drama India yang khas dengan sari dan tarian hujan dan tiangnya. Aku sampai tergila dengan sari. aku ingat sekali kalo oma ngefans sama Amitabh Baachan.
Aku ingat aku suka duduk di sofa, mencabuti uban di dekat pelipisnya sambil mendengarkan kisah hidupnya.
Aku ingat tulisannya yg miring-miring.
Aku ingat saat iya memasakan sup iga kesukaanku, mebuatkan popcorn untuk ku dan sepupuku.
Aku ingat saat tanganya mulai bergetar waktu mengangkat sendok saat makan.
Aku ingat saat tengah malam itu, ia berlari ke kamar mandi karena muntah, tapi aku tak bangun dari tempat tidurku padahal aku sekamar dengannya, malah aku mengeluh karena piyama kesayanganku rusak karena muntahannya
Kenapa saat itu aku tak sadar warna muntahnya tak sama dengan orang normal? mengapa walaupun aku belum mengerti aku tidak melakuka yg seharusnya aku lakukan? Kenapa aku tidak membangnkan mama untuk membantu Oma? prasaan bersalah ini sempat menghantuiku bertahun-tahun. Bahkan aku menimpan fotonya jauh-jauh agar tak dapat aku ihat.
Aku ingat beberapa hari setelahnya ia dilarikan ke rumah sakit. tak lagi berdaya.
Aku ingat aku kakak dan adikku sendirian di rumah, sementara yang lain di rumah sakit. kami di kamar mama berlutut dan berdoa supaya Tuhan mau menjaga Oma.
Aku ingat saat aku bangun papa masuk ke kamarku menggantungkan baju warna hitam dan berkata kalau hari itu aku harus memakainya. Aku bingung dan takut saat itu.
Aku ingat saat aku harus berbalik saat peti matinya ditutup
Aku ingat saat kami harus mampir untuk cepat-cepat makan di McDonald Thamrin. hari itu lebaran. aku ingat ada awan kelam menaungi kamu sementara pengunjug yang lainya datang dengan wajah ceria dan penuh perayaan. aku benci mereka saat itu.
Aku ingat di kebun rumah oma ada melati yang kalau mekar selalu dipetik dan menghrumkan rumahnya.
Aku ingat melati adalah kesayangan Oma bahkan kalau kami ke makamnya hanya melati dan air melati tanpa mawar lah yang kami tabur.

Bukan melati kesayangan Oma yang aku pegang.
Tapi Lily.
Karena Dialah Listiani Hanafi. Oma Lili.
Sekuntum bunga pencerah di hidupku.
Lili, seperti lili yang ditunjuk Oma saat iklan Lily Kasoem terpampang di layar kaca TV yang menyela acara hiburan kami.
Yah, itu seperti nama Oma. katanya. lalu terlihatlah sekuntum calla lily warna putih di sebelah kaca mata yg dipromosikan itu.

she was the magnificent beauty who never failed to shower her love. she is the timeless beauty who will stay forever in the my mind and my heart.

I was afraid of these memory, to be honest, but I'm glad that now I could atually face it again.

She's my reason, She's my Lily.

1 comment:

Unknown said...

One day I dreamt of her requesting white lilies, but the last time I visited, they only had jasmine petals. So I thought they would do.

I never knew until I read this.

Thanks for writing it again, she will forever be missed.